15 Oktober 2018 jam 23:26:49 WB
Telah terjadi Gempa berkekuatan 5,4 magnitudo kedalaman 25 KM berlokasi di 74 km Barat Daya Kab. Aceh Barat (3.91 LU 95.76 BT) .

TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI .


BMKG telah mengeluarkan info bahwa telah terjadi gempa berkekuatan 5,4 mg dengan kedalaman 25 KM  berlokasi di 74 KM barat daya kab. Aceh barat.

Disisi lain Aceh mengalami banjir, misalnya banjir yang terjadi di Aceh Selatan . Berikut video amatir warga desa sapik kec. Kluet timur kab. Aceh Selatan.


Video di atas di rekam oleh salah seorang warga di Gampong Sapik, kecamatan Kluet timur, kabupaten Aceh Selatan.

jalan antar desa lawe cimanok rusak di terjang banjir.

Dalam gambar ini kita bisa melihat bahwa banjir di daerah Kluet timur sangat besar, terlihat air sungai menggunakan hempas jembatan penyebrangan warga di desa lawe cimanok.
Gambar ini admin dapat dari status teman yang berada di desa tersebut.

simpang 4 kedai runding

Gambar yang di ambil di desa kedai runding terlihat banjir menggenangi rumah warga yang berada di sebelah sungai.
Simpang 4 kedai runding menggunakan antar kecamatan Kluet timur, Kluet Utara dan Kluet selatan.



contoh makalah ilmu falak






MAKALAH PENGANTAR SAINTEK ISLAM
Ilmu Falak Dalam Al-Quran


Di Susun Oleh :
M. Islahuz Ziad (180701042)
Mukhsan Iswar (180701041)
Tasnim Mahfud (180701044)

Dosen : Suryana S.Pd, M.Pd



 






Prodi Arsitektur, Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh Tahun Ajaran 2018/2019









KATA PEGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Arsitektur dengan judul “Ilmu Falak Dalam Al-Qur’an”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen kami Ibu Suriana, M.Pd yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.








DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................. i        
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A.    Latar Belakang................................................................................1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C.    Tujuan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................4
A.    Tata Surya...................................................................................... 4
B.     Matahari......................................................................................... 9
C.     Matahari Dan Batas Waktu Shalat............................................... 11
D.    Bulan............................................................................................ 12
E.     Bintang (Komet).......................................................................... 13
F.      Meteor.......................................................................................... 17
G.    Pemuaian Alam Semesta.............................................................. 18
H.    Langit........................................................................................... 20
I.       Tekanan Udara............................................................................. 22
J.       Teori Relativitas........................................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................... 26
KESIMPULAN...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 27









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Ilmu Falak merupakan salah satu disiplin ilmu
pengetahuan yang sangat besar sumbangsihnya bagi pelaksanaan tugas-
tugas umat manusia, baik tugas keagamaan maupun kemasyarakatan. Ilmu
falak yang secara khusus mengkaji dan mencermati tentang peredaran
benda-benda langit, terutama peredaran matahari, bulan dan bumi. Maka
manfaatnya bagi manusia, adaalah dapat mengetahui perjalanan waktu,
penghitungan hari, bulan, dan tahun.













Secara etimologis kata Falak dalam bahasa arab adalah orbit atau lintasan benda-benda langit.1 Kata falak dalam al-Qur’an disebut sebanyak dua kali, yaitu pada surat al-Anbiya’


                                                                                           
                                                                                                                                          

Artinya : Dan Dia (Allah) yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dari keduanya itu di dalam garis edarnya.[1]
Dan dalam Surat Yasin




                                                                                 
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkam bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.[2]


Sedangkan pengertian ilmu falak secara terminologis telah banyak dijumpai diberbagai literatur diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Ilmu pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan dan lain sebagainya) bintang-bintang.[3]
b.      Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang fisiknya, geraknya, ukurannya dan segala sesuatu yang yang berhubungan dengannya.[4]
c.       Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit lainnya.[5]
d.      Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan dan matahari-pada orbitnya masiung-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya dengan tujuan agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.[6]





B.  Rumusan Masalah
1)        Bagaimana penjelasan Tata Surya menurut Al-Qur’an?
2)        Bagaimana penjelasan Matahari menurut Al-Qur’an?
3)        Bagaimana penjelasan Matahari dan batas waktu shalat menurut Al-Qur’an?
4)        Bagaimana penjelasan bulan menurut Al-Qur’an?
5)        Bagaimana penjelasan bintang (komet) menurut Al-Qur’an?
6)        Bagaimana penjelasan  meteor menurut Al-Qur’an?
7)        Bagaimana penjelasan Pemuaian alam semesta menurut Al-Qur’an?
8)        Bagaimana penjelasan langit menurut Al-Qur’an?
9)        Bagaimana penjelasan Tekanan Udara menurut Al-Qur’an?
10)    Bagaimana penjelasan Teori Relativitas menurut Al-Qur’an?

C.  Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui penjelasan Tata Surya menurut Al-Qur’an
2)      Untuk mengetahui penjelasan Matahari menurut Al-Qur’an?
3)      Untuk mengetahui penjelasan Matahari dan batas waktu shalat menurut Al-Qur’an?
4)      Untuk mengetahui penjelasan bulan menurut Al-Qur’an?
5)      Untuk mengetahui penjelasan bintang (komet) menurut Al-Qur’an?
6)      Untuk mengetahui penjelasan meteor menurut Al-Qur’an?
7)      Untuk mengetahui penjelasan Pemuaian alam semesta menurut Al-Qur’an?
8)      Untuk mengetahui penjelasan langit menurut Al-Qur’an?
9)      Untuk mengetahui penjelasan Tekanan Udara menurut Al-Qur’an?
10)  Untuk mengetahui penjelasan Teori Relativitas menurut Al-Qur’an?






BAB II
PEMBAHASAN

1.    Tata Surya
Sistem Tata Surya dapat didefinisikan sebagai kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi , dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.[7]
a.      Ayat Al-Qur’an Tentang Tata Surya

“Dan suatu tanda-tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin 36:37-40)
Tafsirnya : Allah berfirman, bahwa di antara tanda-tanda wujud dan kekuasaan-Nya, ialah adanya malam dan siang yang silih berganti, malam dengan gelapnya dan siang dengan terangnya, dan adanya matahari yang berjalan di tempat peredarannya, serta bulan yang telah di tetapkan manzilah-manzilahnya terbit pada awal bulan kecil berbentuk sabit, kemudian setelah menempati manzilah-manzilah dia menjadi purnama kemudian pada manzilah terakhir ia kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. Masing-masing dari matahari, bulan, malam dan siang telah diatur demikian sehingga tidak mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, masing-masing beredar pada garis edarnya yang telah ditetapkan dan takdir Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[8]
b.      Teori pembentukan alam semesta
1)      Teori Big Bang
Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.[9]
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’am:101)
Keterangan yang diberikan Al Quran ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 miliar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Pada tahun 1989, badan antariksa Amerika Serikat (NASA) meluncurkan satelitnya, yang setelah tiga tahun beredar, mengirimkan informasi-informasi akurat yang menguatkan teori big bang dan temuan Penzias dan Wilson. Pada tahun 1986, stasiun ruang angkasa Uni Soviet MIR juga mengirimkan informasi-informasi yang menguatkan teori-teori big bang.[10]
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan oleh Al Quran 1.400 tahun lalu.
          
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiya :30)
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.


2)      Teori Nebula (Kabut)
Immanuel Kant (1749-1827), seorang ilmuwan filsafat jerman yang membuat suatu hipotesis tentang terbentuknya tata surya. Menurut Kant: “Di jagat raya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan sehingga lama kelamaan bagian dengan kabut itu berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan bagian kabut di sekelilingnya membentuk planet-planet, satelit, dan benda-benda langit lainnya.”[11]
Seorang ilmuwan fisika Prancis bernama Pierre Simon de laplace mengemukakan teori yang hampir sama dan pada waktu yang bersamaan. Menurut Laplace: “Tata surya berasal dari kabut panas yang berputar sehingga membentuk gumpalan kabut yang pada akhirnya menjadi berbentuk bulat seperti bola besar. Akibatnya putarannya itu, bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian equatornya. Kemudian, sebagian massa gas pada equatornya menjauh dari gumpalan intinya membentuk cincin-cincin yang melingkari intinya. Dalam jangka waktu yang cukup lama cincin-cincin itu berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan kecil-kecil inilah yang membentuk planet-planet dengan satelitnya dan benda langit lainnya, sedangkan inti kabut tersebut tetap berbentuk gas pijar yang akhirnya disimpulkan menjadi matahari.”( Teori Nebula: Piere Simon de Laplace (1794-1827)
Persamaan kedua teori di atas, terletak pada material asal pembentuk tata surya, yaitu teori kabut (nebula), sehingga kedua teori itu disebut Teori Nebula atau Teori Kabut, atau lebih dikenal dengan nama Teori Kant dan Laplace.






2.    Matahari
Sebelum sampai kepembahasan matahari sebagai sumber energi menurut Al-Qur’an, alangkah baiknya dijelaskan terlebih dahulu pengertian tentang energi. Energi yang dimaksudkan di dalam pembahasan ini adalah segala macam bentuk tenaga yang diperlukan oleh manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya.[12]
Berdasarkan pengertian energi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manusia hidup tidak akan terlepas dari kebutuhan energi selama hidupnya. Energi yang dibutuhkan manusia ada dua macam yaitu energi internal dan eksternal. Energi internal yaitu energi yang diperlukan oleh tubuh manusia agar dirinya dapat bergerak atau melakukan kerja, berpikir, berbicara dan segala macam aktivitas manusia yang menandakan bahwa manusia masih hidup. Energi eksternal yaitu energi yang berada di luar tubuh manusia yang diperlukan untuk menghangatkan tubuh pada musim dingin, menggerakkan peralatan (alat bantu) dalam rangka menunjang kehidupan manusia. (Ibid, hlm. 94-95)
Dalam point ini akan sedikit menguraikan tentang energi eksternal yaitu energi yang terdapat dalam matahari dalam konteks perspektif Al-Qur’an. Al Qur’an tidak secara gamblang menyebutkan energi yang ada dalam matahari, namun tersirat bahwa matahari memiliki energi bahkan menjadi sumber energi.
a.       Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Matahari

 “Dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh. Dan Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari)” (QS. An Naba’:12-13)



“Tidakkah kamu melihat bagaimana Dia menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, dan ditempatkan bulan sebagai cahaya di dalamnya dan membuat matahari pelita (yang cemerlang)” (Q.S Nuh 71:15-16)

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S Yunus 10:5)
Dari ayat-ayat di atas, ketika membicarakan matahari, Al-Qur’an selalu menyebutnya dengan sebutan as-siraj (pijar). As-siraj (pijar) dan al-inarah (penerangan) adalah dua sifat yang melekat pada matahari.
            Jika merujuk kepada bahasa Arab untuk mengetahui makna dasar kata as-siraj, kita akan menemukan bahwa sesuatu tidak dapat dikatakan sebagai as-siraj kecuali jika ia memancarkan sinar/cahaya yang panas, jika cahaya yang dipancarkan memang keluara dari dalam sesuatu tersebut. Berdasarkan penjelasan dari sisi bahasa ini, ayat Al-Qur’an yang selalu menyifati matahari dengan kata as-siraj berarti menjelaskan bahwa matahari adalah benda yang menyala dan berpijar yang memang mengeluarkan cahaya dari dalam dirinya sendiri.[13]
Sekarang kita tahu bahwa Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri tetapi memantulkan sinar dari matahari sedangkan matahari dan bintang-bintang memancarkan cahaya mereka sendiri. Fakta ini terungkap dalam Al Qur'an di zaman ketika manusia tidak memiliki sarana untuk membuat penemuan ilmiah atas kemauan sendiri. Dan pengetahuan manusia tentang benda langit masih terbatas. Hal ini semakin menekankan kemu’jizatan dari Al Qur’an.
3.    Matahari Dan Batas Waktu Shalat
Di dalam Al-Quran sesungguhnya sudah ada sekilas tentang penjelasan waktu-waktu shalat fardhu, meski tidak terlalu jelas diskripsinya. Al-Qur’an mengambil matahari sebagai pedoman untuk menentukan awal waktu shalat. Paling tidak ada tiga ayat di dalam Al-Quran yang membicarakan waktu-waktu shalat secara global.
A.    Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Batas Waktu Shalat


"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat" (QS. Huud 11: 114)
Menurut para mufassriin, di ayat ini disebutkan waktu shalat, yaitu kedua tepi siang, yaitu shalat shubuh dan ashar. Dan pada bahagian permulaan malam, yaitu Maghirb dan Isya`.
1)      Sebab turun ayat
Al-bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibnu Mas’ud bahwa seoran laki-laki terlanjur mencium seorang wanita, lalu ia mendatangi Nabi SAW. dan memberi tau beliau. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan laksanakanlah shalat pada keuda ujung siang ( pagi dan petang ) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu “mengingat (Allah).” Laki-laki itupun berkata, “ Apakah ayat ini untukku?” beliau menjawab, “Untuk semua ummatku.”[14]

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan Qur`anal fajri. Sesungguhnya Qur`anal fajri itu disaksikan” (QS. Al-Isra`: 78)
Menurut para mufassrin, di dalam ayat ini disebutkan waktu shalat yaitu sesudah matahari tergelincir, yaitu shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan gelap malam adalah shalat Maghirb dan Isya` dan Qur`anal fajri yaitu shalat shubuh.
           



4.    Bulan
            Para ilmuwan menemukan bahwa bulan berjalan dengan kecepatan 18 km per detik, bumi 15 km per detik, dan matahari 12 km per detik. Jadi, bulan, bumi dan matahari, semuanya berjalan..[15]
A.    Ayat Al-Qur’an Tentang Bulan



“Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah  sehingga (setelah dia sampai ke  manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (QS. Yasin (36): 39-40)
            Di sini Allah berfirman, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…” kemudian berfirman, “…Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan…” Jadi, bulan berada sebelum matahari, matahari berjalan dan tidak bisa mendapatkan bulan, karena kecepatan bulan lebih besar dibandingkan kecepatan matahari. Jadi, walau bagaimanapun, matahari tidak akan bisa mendapatkan bulan.
            Para ilmuwan menemukan fakta bahwa bulan tidak berjalan di dalam garis lurus, tetapi berjalan zig-zag hingga bisa tetap berada di manzilah-manzilahnya. Dengan kata lain, bulan memiliki lintasan-lintasan yang berkelok.
Ketika membicarakan tentang bulan, Al-Qur’an selalu menyifatinya dengan sifat munir (benda yang bercahaya/memantulkan cahaya). Jadi, al-inarah (pencahayaan) memang sudah menjadi sifat yang melekat pada bulan[16].
Jika merujuk kepada bahasa Arab, dikatakan sebagai al-munir (yang bercahaya) jika ada cahaya yang dipancarkan kepadanya yang berasal dari benda lain lalu cahaya tersebut ia pantulkan. Berdasarkan penjelasan dari sisi bahasa ini, bulan adalah benda dingin dan mati, tidak mengeluarkan cahaya, sedangkan cahaya yang di pantulkannya adalah cahaya yang berasal dari benda angkasa lainnya, yaitu matahari. [17]

5.    Bintang (Komet)
Bintang adalah pelita-pelita yang menghiasi langit dekat, merupakan bola besar yang panas, terang, pijaran gas yang mengeluarkan cahaya. Bintang kelihatan kecil karena sangat jauh dari bumi. Bintang yang terdekat dengan tata surya kita adalah Proxima Centauri, yang berjarak lebih dari 4000 juta juta km, atau sekitar 4 tahun cahaya.

Al Qur’an telah menjelaskan kegunaan manfaat bintang-bintang sebagai: Tanda untuk penunjuk jalan, hiasan langit dunia, peluru-peluru untuk melempar syaitan dan sebagai salah satu sumber rejeki.

A.    Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Bintang           
1)      

Surah At-Takwir


“Aku bersumpah demi bintang-bintang (al-khunnas), yang beredar dan terbenam (al-jawar al-kunnas)”. (QS. At-Takwir 81:15-16)
Kata al-khunnas pada ayat ini berasal dari kata khanasa yang menurut bahasa berarti bersembunyi. Kata al-khunnas adalah bentuk mubalagah (bermakna sangat) yang berarti benda-benda yang sangat tersembunyi. Adapun ayat yang kedua, al-jawar al-kunnas, para ahli bahasa mengatakan bahwa arti kata al-kunnas sama dengan kata khanasa (bersembunyi). Karena pengulangan di sini bukanlah untuk fungsi menguatkan, disimpulkan bahwa kata al-kunnas berasal dari kata al-kansu yang berarti menghapus atau menyapu lembaran langit, bukan bersembunyi.
            Di dalam ayat ini Allah bersumpah dengan sebuah fakta yang baru diketahui oleh para ilmuwan pada bebrapa decade terakhir. Fakta tersebut adalah lubang hitam atau black holes yang merupakan salah satu bentuk bintang raksasa (supermassive) yang biasanya berpusat di inti-inti galaksi. Lubang ini juga merupakan materi yang berkerapatan tinggi yang tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia. Materi yang ada dalam lubang hitam terus bertumpuk hingga jarak pemisah antara unsur-unsur atom pun sirna karena kebanyakan atom kosongdan ukuran materi di dalammya sangat kecil, sehingga jika jarak diantara materi-materi dasar atom semakin menyempit dan akhirnya sirna, ukurannya pun semakin sangat kecil hingga tidak dapat di tangkap. Dengan menyatu, memampat, dan menumpuknya materi di dalam black hole, ia akan memiliki gaya gravitasi yang sangat besar sehingga cahaya pun tidak dapat lolos dari gaya tersebut. Karena itu, black holes dan pusat gaya gravitasi galaksi bersembunyi (menghilang) karena seluruh benda yang ada di dalam suatu galaksi saling terikat denggan adanya gaya gravitasi black holes sebagai pusat gravitasi galaksi.
            Untuk membentuk lubang-lubang hitam, massa bintang harus di tekan hingga menyamai kecepatan cahaya. Sebagai gambaran, sebuah bintang yang berukuran seperti matahari yang berdiamter 1.392.000 km harus dipampatkan hingga berdiamter 3 km saja
2)      Surah An-najm


“Demi Bintang Ketika terbenam.” (QS. An-Najm 53:1)

Menurut kamus bahasa arab Al Muhith, kalimat “hawa”, pada ayat ke-1 surah An Najm ini artinya “jatuh”, yang kalau dirujuk pada kirab-kitab tafsir semuanya berkisah tentang bintang yang jatuh. Allah SWT tidak menjelaskan nama bintang yang jatuh pada ayat ini, ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengidentifikasikan nama bintang tersebut. Yang dapat mencerahkan kita adanya ayat ke-49 surah yang sama menyebutkan bintang "Syi'raa" (Sirius).



“dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra,”(QS. An-Najm 53:49)

       Bintang Sirius adalah bintang paling terang di langit malam. Bintang ini terletak di Rasi Canis Major dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan komponen sekunder kelas katai putih. [18]
Bintang sirius juga bintang yang nyaris dijadikan Tuhan oleh nabi Ibrahim kalau-lah tidak meperoleh hidayah dari Allah SWT. Syi’raa salah satu sembahan bangsa arab jaman jahiliyah, yaitu kasus yang dicela dan diberantas oleh surah An Najm ini. Maka indikasi yang paling dekat dimaksud pada awal ayat An Najm “Demi bintang ketika jatuh”, adalah bintang “Sirius”.

3)      Surah Al-Waqi’ah

“Maka Aku bersumpah demi rotasi bintang-bintang.” (QS. Al-Waqi’ah 56:75) 
            Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa manusia sama sekali tidak dapat melihat bintang-bintang, sungguh ini merupakan hal yang luar biasa, yaitu hakikatnya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Apa yang kita saksikan di atas langit sana hanyalah rotasi bintang-bintang saja, yang sebelumnya di tempati bintang-bintang kemudian berpindah keposisi yang lain pada peredarannya.

Jagad raya yang sedemikian luas, dan bintang-bintang yang jauhnya tak terkirakan dari kita penghuni bumi, membuat sinarnya tidak akan sampai ke kita kecuali setelah tenggang waktu yang sangat lama, dimana bintang-bintang tersebut sudah tidak diposisi kita lihat, dia sudah bergeser jauh meneruskan peredarannya dalam galaksi. Atau mungkin saja sudah jatuh menjadi lubang hitam karena kehabisan energi, tetapi sinarnya masih menyala-nyala di kegelapan malam dan sampai ke kita.





4)   Meteor
Meteor adalah sebuah titik lonjong yang berpijar dan tampak di langit yang meluncur cepat meninggalkan ekor yang bercahaya lalu berangsur redup dan hilang. [19]
a.    Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Meteor
Di dalam kamus Lisan al-“Arab disebutkan bahwa kata asy-syuhub adalah bentuk jamak dari kata asy-syihab yang berarti sesuatu yang menukik pada malam hari. Arti dasar kata asy-syihab adalah nyala api. Al-Qur’an memberikan isyarat yang jelas tentang asy-syuhub ini dengan menggunakan penyebutan yang sama yang digunakan di dalam ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya Aku telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang terang.”(QS. As-Shaffat: 6 – 10)
Peluncuran asy-syuhub seperti yang ditetapkan oleh Al-Qur’an ditujukan kepada setan-setan untuk mengusir mereka agar tidak bias mencuri pembimcaraan dan menghalang-halangi mereka dari memasuki kawasan-kawasan tertentu di langit. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 15.).  Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin: 8 – 9)

5)   Pemuaian Alam Semesta
a.       Ayat Al-Qur’an Tentang Pemuaian alam semesta

Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan kami benar-benar meluaskannya”. (QS. Az-zariyat [51]: 47)
Di dalam mentafsirkan diksi wa inna lamusi’un, Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya kami (Allah SWT) meluaskan penjuru-penjuru langit lalu meninggikannya tanpa tiang hingga akhirnya tegak seperti sekarang.”
            Al-Ghazali melontarkan sebuah pertanyaan, “Apakah Allah SWT mampu menciptakan alam semesta lebih besar daripada ukuran yang sekarang?, jika dijawab tidak, ini berarti melemahkan Allah; jika di jawab ya, ini berarti pengakuan akan adanya ruang kosong di luar alam semesta yang memungkinkan terjadinya pembesaran ukuran dunia melebihi ukurannya yang sekarang ini jika memang Allah menghendakinya.” (dalam Tahafut al-Falasifah) Adapun Ibnu Rusyd yang tetap memegang sikap para filsuf yunani, melihat bahwa bertambah atau berkurangnya ukuran alam semesta dari ukurannya yang sekarang adalah mustahil. Sebab jika posibilitas (pembolehan) ini terjadi, tidak ada alasan untuk menghentikannya pada suatu batas tertentu dan ini berkonsekuensi pada pembolehan akan adanya pertambahan-pertambahan hingga tanpa batas.
            Di dalam polemik tersebut tampak jelas bahwa meskipun tidak tersedia informasi detail tentang kosmologi dan daya/kekuatan yang aktif di dalammya, ketika para teolog bersandar pada prinsip-prinsip dasar akidah islam yang diambil dari Al-Qur’an secara benar, mereka mampu memahami berbagai permasalah rumit, di antaranya mengenai pemuaian alam semesta yang merupakan permasalahan kontemporer abad ke-20, sedangkan polemik ini terjadi pada abad ke-6. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 122.).
Kesepakatan para astronom pada paruh kedua abad ke-20 atas realitas mengembangnya alam semesta telah meruntuhkan teori kekekalan alam semesta. Fakta ilmiah membuktikan bahwa alam semesta memiliki awal dan akhir(Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 124.). Maha suci Allah yang memenuhi janji-Nya saat berfirman,
kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.” (QS. Fussilat [41]: 53).
            Sisi kemukjizatan ilmiah pada ayat tersebut terletak pada dalalah kata musi’un (meluaskannya) yang lintas waktu dari masa lalu (past), masa sekarang (present), hingga masa yang akan dating (future). Kata musi’un menunjukkan bahwa alam semesta terus-menerus mengalami proses mengembang. Inilah yang diungkapkan oleh pengamatan dengan menggunakan teleskop yang dilakun oleh Hubble pada tahun 1929. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 124.).
b.      Fakta-Fakta Ilmiah
Pada tahun 1929, astronom Amerika, Edwin Hubble, berhasil melihat dengan teleskop bahwa galaksi – galaksi terus saling berjauh satu sama lain dengan kecepatan tinggi.
Gerakan saling menjauh antargalaksi ini diakibatkan oleh terus meluas dan mengembangnya alam semesta.







6)      Langit
Langit di dalam Al-Qur’an berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu, dan gas yang bertebaran. Di langit terdapat banyak benda yang beredar. ( http://media.isnet.org/isnet/Djamal/langitdl.html) Mereka beredar bukan berarti ada alat canggih buatan manusia yang menjalankan mereka. Tetapi diatur langsung oleh Allah swt. Sehingga mereka tidak saling bertabrakan. Dalam Al-Quran kata langit terdapat sekitar 304 kata. (Software Al-Quran Hadi dengan kata kunci langit).
a.    Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Langit
1)      Surah Al-Baqarah

Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah 2:29) (terjemahan Depag)
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu di dunia, tetapi juga juga menyiapkan sarana kehidupan didunia. Dia-lah Allah swt yang telah menciptakan untuk kamu apa yang ada dibumi semua sehingga semua yang kamu butuhkan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti kemahakuasaan-Nya. Yang kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk menghidupkan yang mati. (Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm. 138)
Firman-Nya: “Dia-lah (Allah), yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu…” dipahami oleh banyak ulama sebagai menunjukan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang dibumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali kalau ada dalil lain yang melarangnya. Sebagian kecil ulama tidak memahaminya demikian, mereka mengharuskan adanya dalil yang jelas untuk memahami boleh atau tidaknya segala sesuatu. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu terlarang kecuali kalau ada dalil yang menunjukan ijin menggunakannya.
Kata istawa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara majazi dalam arti menuju kesuatu dengan cepat dan penuh tekad, bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan kekanan. Makna Allah menuju Ke langit adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yan menuju ke sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin. Karena itu pula lanjutan ayat yang menyatakan lalu dijadikan-Nya yakni bahwa langit itu dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa sedikit aib atau kekuranganpun. (Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah vol 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm 138).





2)      Surah Al-Anbiya

“Dan kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda yang terdapat padanya.” (QS. Al-Anbiya 21:32)
Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan وَجَعَلْنَا ٱلسَّمَآءَ سَقْفًا مَّحْفُوظًا Allah swt telah mengatur langit dan menjadikannya seperti atap yang terpelihara dari rusak dan kehilangan keteraturan. Ia memelihara matahari dan bintang-bintang di peredarannya sehingga sebagiannya tidak bercampur dengan sebagian yang lain, dan sebagiannya tidak jatuh kepada sebagian yang lain. (Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maragi vol 17, terj. Hery Noer Aly, dkk. (Semarang: Toha Putra)Hlm. 43)
وَهُمْ عَنْ ءَايَٰتِهَا مُعْرِضُونَ Orang-orang musyrik itu berpaling dari berfikir tentang tanda-tanda yang menunjukan kepada keesaan, keagungan kekuasaan dan luasnya ilmu Kami. (Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maragi vol 17, terj. Hery Noer Aly, dkk .(Semarang: Toha Putra). Hlm. 44)

7)   Tekanan Udara
A.    Ayat Al-Qur’an Tentang Tekanan Udara

“Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak (haraj), seakan-akan dia (sedang) mendaki kelangit. Demikianlah Allah menimpakn siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-an’am [6]: 125).
Ini merupakan ayat muhkamah yang mengisyaratkan secara jelas dua fakta yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan.
Pertama, perubahan yang mencolok pada tekanan udara yang terjadi akibat dari kenaikan yang cepat kelangit menyebabkan sesak dan sempit nya dada seseorang. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 84.)
Kedua, semakin naik kelangit, tekanan udara semakin menurun dan selanjutnya volume oksigen semakin berkurang. Ini menyebabkan dada seseorang sesak/sempit dan sulit bernapas. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 85.)
Pada tahun 1648, ilmuwan terkenal Blaise Pascal (1623-1662) membuktikan bahwa semakin jauh (tinggi) jarak kita dari permukaan laut; tekanan udara semakin berkurang/sedikit.
Didalam ensiklopedia dunia (Encarta) terdapat keterangan bahwa massa besar udara tidak terdistribusi secara merata secara vertical karena 50% massa ini berkumpul di Antara permukaan bumi sampai ketinggian 20.000 kaki di atas permukaan laut , sedangkan 90% berkumpul di atas permukaan bumi sampai ketinggian 50.000 kaki diatas permukaan bumi. Dengan demikian, kepadatan udara berkurang dengan sangat cepat setiap lkali kita naik dengan arah vertical hingga kita sampai pada ketinggian yang sangat tinggi, kepadatan udara akan mencapai titik yang sangat rendah. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 85.)
B.     Fakta-fakta ilmiah
Semakin tinggi orang naik kelangit, semakin rendah tekanan udara yang ada dan jumlah oksigen semakin berkurang sehingga menyebabkan terjadinya sesak didalam dada dan sulit untuk bernapas.


8)        Teori Relativitas
Tahun 1915, Einstein mengajukan teori bahwa waktu adalah sesuatu yang relatif, bahwa besaran waktu berubah-ubah menurut ruang, kecepatan orang bepergian, dan gaya gravitasi pada saat itu. Mengingat perbedaan besaran waktu, periode penciptaan alam semesta yang dinyatakan dalam tujuh ayat Al-Qur’an sangat cocok dengan perkiraan ilmuwan. Periode enam hari menurut Al-Qur’an dapat dianggap sebagai enam periode. Karena, mengingat relativitas waktu, satu “hari” mengacu hanya pada periode 24 jam yang dialami di Bumi di bawah kondisi yang berlaku setempat. Namun, di tempat lain di alam semesta, pada waktu yang lain dan pada kondisi yang lain, satu “hari” bisa mengacu pada periode waktu yang jauh lebih panjang. (https://buktiilmiahalquran.blogspot.com/2016/10/teori-relativitas-waktu-dalam-al-quran.html)

a.       Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Relativitas
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern membawa kita pada kesimpulan bahwa waktu tidak bersifat absolut seperti anggapan materialis, tetapi merupakan persepsi relatif. Sangat menarik bahwa fakta yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan pada abad ke-20 ini, telah disampaikan dalam Al Quran kepada manusia 14 abad yang lalu.
Waktu adalah persepsi psikologis yang dipengaruhi oleh peristiwa, tempat dan kondisi. Fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah ini dapat kita temukan pada banyak ayat Al Quran. Allah berfirman dalam surat al-Hajj,


“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”( Terj al-Qur’an, 22:47.)
Apa yang digambarkan Allah dalam ayat di atas tidaklah berarti bahwa Allah berada dalam ruang-waktu itu. Ayat di atas menggambarkan betapa Maha kuasanya Allah, Ia bisa membuat lengkungan ruang-waktu sesuai dengan kehendak-Nya. Adapun angka seribu tahun yang dimaksud adalah sebagai contoh, bukankah bagi Allah tidak ada masa lalu dan masa depan sebagaimana Ia telah menceritakan keadaan masa lalu dan masa ketika manusia di surga atau di neraka kelak.
Relativitas juga dialami oleh para malaikat Allah. Dalam ayat ini disebutkan bahwa masa yang ditempuh oleh para malaikat tertentu untuk naik ke sisi-Nya adalah seribu tahun menurut perhitungan manusia (Ibid., 726.). Allah berfirman dalam surat as-sajdah,


“Dia Mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.  ( Terj al-Qur’an, 32:5. )
Perbedaan sistem gerak yang dilakukan oleh satu pelaku mengakibatkan perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran. Batu, suara dan cahaya masing-masing membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai sasaran yang sama. Kenyataan ini pada akhirnya mengantarkan kepada keyakinan bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu demi mencapai hal yang dikehendakinya, sesuatu itu adalah Allah.( M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an,,,.726-727




[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[8] H Salim Bahreisy, H Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 6, (Surabaya : PT Bina Ilmu), Hlm. 409-410
[10] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 15.
[11] Teori Nebula: Immanuel Kant (1724-1804)
[12] Wisnu Arya wardhana, Al qur’an dan Energi Nuklir, yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004, hlm. 93
[13] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 23.
[14] shahih Muttafaq ‘alaih. Al-Bukhari (526) dalam Mawaaqiitush Shalaah dan Muslim (2763) dalam at-taubah.
[15] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 21
[16] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 22.
[17] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 23.
[18] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 70.
[19] Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 14.





DAFTAR PUSTAKA

·      Al-Qur’an Al karim
·      Ahmad, yusuf al-Hajj. 2008. Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur'an dan Sunah. Jakarta: Kharisma Ilmu.
·      Ahmad Dr. Arifuddin, M. Ag, Paradigma Baru Memahami Hadits Nabi Refleksi Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail, Renaisan, Jakarta; 2005
·      Djamaludin Dr. Thomas, Menggagas Fiqih Astronomi, Kaki Langit, Bandung : 2005,
·      Ibrahim KH Salamun, Ilmu Falak, Pustaka Progresif, Bandung : 1995
·      Setyanto Hendro, Membaca Langit, Al-Ghuraba, Jakarta: 2008
·      Soebahar Prof. Dr. H.M Erfan, M.A, Aktualisasi Hadits Nabi di Era  Teknologi  Informasi, RaSAIL Media Group, Semarang; 2010
·      Muhiddin khazin. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek.Yogyakarta.Buana Pustaka.2004
·      http://id.harunyahya.com/id/books/3014/FAKTA_FAKTA_YANG_MENGUNGKAP_HAKIKAT_HIDUP/chapter/10491, minggu 07 Oktober 2018  jam 15.00

https://youtu.be/jwVk4EscINc jangan lupa subscribe youtube kami di link di samping kiri.