MAKALAH PENGANTAR
SAINTEK ISLAM
Ilmu Falak Dalam Al-Quran
Di Susun Oleh :
M. Islahuz Ziad (180701042)
Mukhsan Iswar (180701041)
Tasnim Mahfud (180701044)
Dosen : Suryana S.Pd, M.Pd
Prodi Arsitektur, Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PEGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar
Arsitektur dengan judul “Ilmu Falak Dalam Al-Qur’an”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen kami Ibu Suriana, M.Pd yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A.
Latar Belakang................................................................................1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C.
Tujuan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................4
A.
Tata Surya...................................................................................... 4
B.
Matahari......................................................................................... 9
C.
Matahari Dan Batas Waktu Shalat............................................... 11
D.
Bulan............................................................................................ 12
E.
Bintang (Komet).......................................................................... 13
F.
Meteor.......................................................................................... 17
G.
Pemuaian Alam Semesta.............................................................. 18
H.
Langit........................................................................................... 20
I.
Tekanan Udara............................................................................. 22
J.
Teori Relativitas........................................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................... 26
KESIMPULAN...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Ilmu Falak merupakan salah satu disiplin ilmu
pengetahuan yang sangat besar sumbangsihnya bagi pelaksanaan
tugas-
tugas umat manusia, baik tugas keagamaan maupun kemasyarakatan.
Ilmu
falak yang secara khusus mengkaji dan mencermati tentang peredaran
benda-benda langit, terutama peredaran matahari, bulan dan bumi.
Maka
manfaatnya bagi manusia, adaalah dapat mengetahui perjalanan
waktu,
penghitungan hari, bulan, dan tahun.
Secara
etimologis kata Falak dalam bahasa arab adalah orbit atau lintasan benda-benda
langit.1 Kata falak dalam al-Qur’an disebut sebanyak dua kali, yaitu
pada surat al-Anbiya’
Artinya
: Dan Dia (Allah) yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan, masing-masing dari keduanya itu di dalam garis edarnya.
Dan
dalam Surat Yasin
Artinya
: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkam bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Sedangkan
pengertian ilmu falak secara terminologis telah banyak dijumpai diberbagai
literatur diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Ilmu pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan dan lain
sebagainya) bintang-bintang.
b.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang
fisiknya, geraknya, ukurannya dan segala sesuatu yang yang berhubungan
dengannya.
c.
Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit
seperti matahari, bulan, bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan
untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit lainnya.
d.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda
langit-khususnya bumi, bulan dan matahari-pada orbitnya masiung-masing dengan
tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya dengan
tujuan agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana penjelasan Tata Surya menurut Al-Qur’an?
2)
Bagaimana penjelasan Matahari menurut Al-Qur’an?
3)
Bagaimana penjelasan Matahari dan batas waktu shalat menurut
Al-Qur’an?
4)
Bagaimana penjelasan bulan menurut Al-Qur’an?
5)
Bagaimana penjelasan bintang (komet) menurut Al-Qur’an?
6)
Bagaimana penjelasan meteor
menurut Al-Qur’an?
7)
Bagaimana penjelasan Pemuaian alam semesta menurut Al-Qur’an?
8)
Bagaimana penjelasan langit menurut Al-Qur’an?
9)
Bagaimana penjelasan Tekanan Udara menurut Al-Qur’an?
10)
Bagaimana penjelasan Teori Relativitas menurut Al-Qur’an?
C.
Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui penjelasan Tata Surya menurut Al-Qur’an
2)
Untuk mengetahui penjelasan Matahari menurut Al-Qur’an?
3)
Untuk mengetahui penjelasan Matahari dan batas waktu shalat menurut
Al-Qur’an?
4)
Untuk mengetahui penjelasan bulan menurut Al-Qur’an?
5)
Untuk mengetahui penjelasan bintang (komet) menurut Al-Qur’an?
6)
Untuk mengetahui penjelasan meteor menurut Al-Qur’an?
7)
Untuk mengetahui penjelasan Pemuaian alam semesta menurut
Al-Qur’an?
8)
Untuk mengetahui penjelasan langit menurut Al-Qur’an?
9)
Untuk mengetahui penjelasan Tekanan Udara menurut Al-Qur’an?
10)
Untuk mengetahui penjelasan Teori Relativitas menurut Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tata Surya
Sistem Tata Surya dapat didefinisikan sebagai kumpulan benda langit
yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang
terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah
planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet
kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi , dan jutaan benda
langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam,
sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk
Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh
yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
a.
Ayat Al-Qur’an Tentang Tata Surya
“Dan suatu tanda-tanda (kekuasaan
Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam
itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari
berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin 36:37-40)
Tafsirnya : Allah berfirman, bahwa
di antara tanda-tanda wujud dan kekuasaan-Nya, ialah adanya malam dan siang yang
silih berganti, malam dengan gelapnya dan siang dengan terangnya, dan adanya
matahari yang berjalan di tempat peredarannya, serta bulan yang telah di
tetapkan manzilah-manzilahnya terbit pada awal bulan kecil berbentuk sabit,
kemudian setelah menempati manzilah-manzilah dia menjadi purnama kemudian pada
manzilah terakhir ia kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
Masing-masing dari matahari, bulan, malam dan siang telah diatur demikian
sehingga tidak mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang, masing-masing beredar pada garis edarnya yang telah
ditetapkan dan takdir Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
b.
Teori pembentukan alam semesta
1)
Teori Big Bang
Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan
Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu
pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta.
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat
dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal
Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al
An’am:101)
Keterangan yang diberikan Al Quran
ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan
yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta,
beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu
ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan
"Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 miliar
tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan
satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Pada tahun 1989, badan antariksa
Amerika Serikat (NASA) meluncurkan satelitnya, yang setelah tiga tahun beredar,
mengirimkan informasi-informasi akurat yang menguatkan teori big bang dan
temuan Penzias dan Wilson. Pada tahun 1986, stasiun ruang angkasa Uni Soviet
MIR juga mengirimkan informasi-informasi yang menguatkan teori-teori big bang.
Sebelum Big Bang, tak ada yang
disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan
waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik,
terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan oleh Al Quran 1.400 tahun lalu.
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiya :30)
Kata "ratq" yang di sini
diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada
dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan
antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan
bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau
pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya
tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan
menggunakan kata ini.
Dalam ayat tersebut, langit dan bumi
adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah
("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali
tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal
berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu,
termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga
terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq"
ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan
materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam
rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta
terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan
ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya
benar-benar bersesuaian satu sama lain.
2)
Teori Nebula (Kabut)
Immanuel Kant (1749-1827), seorang
ilmuwan filsafat jerman yang membuat suatu hipotesis tentang terbentuknya tata
surya. Menurut Kant: “Di jagat raya terdapat gumpalan kabut yang
berputar perlahan-lahan sehingga lama kelamaan bagian dengan kabut itu berubah
menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan bagian kabut di
sekelilingnya membentuk planet-planet, satelit, dan benda-benda langit lainnya.”
Seorang ilmuwan fisika Prancis
bernama Pierre Simon de laplace mengemukakan teori yang hampir sama dan pada
waktu yang bersamaan. Menurut Laplace: “Tata surya berasal dari kabut
panas yang berputar sehingga membentuk gumpalan kabut yang pada akhirnya
menjadi berbentuk bulat seperti bola besar. Akibatnya putarannya itu, bentuk
bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian equatornya. Kemudian,
sebagian massa gas pada equatornya menjauh dari gumpalan intinya membentuk
cincin-cincin yang melingkari intinya. Dalam jangka waktu yang cukup lama
cincin-cincin itu berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan kecil-kecil inilah
yang membentuk planet-planet dengan satelitnya dan benda langit lainnya,
sedangkan inti kabut tersebut tetap berbentuk gas pijar yang akhirnya
disimpulkan menjadi matahari.”( Teori Nebula: Piere Simon de Laplace
(1794-1827)
Persamaan kedua teori di atas,
terletak pada material asal pembentuk tata surya, yaitu teori kabut (nebula),
sehingga kedua teori itu disebut Teori Nebula atau Teori Kabut, atau lebih
dikenal dengan nama Teori Kant dan Laplace.
2.
Matahari
Sebelum sampai kepembahasan matahari
sebagai sumber energi menurut Al-Qur’an, alangkah baiknya dijelaskan terlebih
dahulu pengertian tentang energi. Energi yang dimaksudkan di dalam pembahasan
ini adalah segala macam bentuk tenaga yang diperlukan oleh manusia untuk
dapat mempertahankan hidupnya.
Berdasarkan pengertian energi di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manusia hidup tidak akan terlepas
dari kebutuhan energi selama hidupnya. Energi yang dibutuhkan manusia ada dua
macam yaitu energi internal dan eksternal. Energi internal yaitu
energi yang diperlukan oleh tubuh manusia agar dirinya dapat bergerak atau
melakukan kerja, berpikir, berbicara dan segala macam aktivitas manusia yang
menandakan bahwa manusia masih hidup. Energi eksternal yaitu energi yang berada
di luar tubuh manusia yang diperlukan untuk menghangatkan tubuh pada musim
dingin, menggerakkan peralatan (alat bantu) dalam rangka menunjang kehidupan
manusia. (Ibid, hlm. 94-95)
Dalam point ini akan sedikit
menguraikan tentang energi eksternal yaitu energi yang terdapat dalam matahari
dalam konteks perspektif Al-Qur’an. Al Qur’an tidak secara gamblang menyebutkan
energi yang ada dalam matahari, namun tersirat bahwa matahari memiliki energi
bahkan menjadi sumber energi.
a.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Matahari
“Dan Kami membangun di
atas kamu tujuh (langit) yang kokoh. Dan Kami menjadikan pelita yang
terang-benderang (matahari)” (QS. An Naba’:12-13)
“Tidakkah kamu melihat bagaimana Dia menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis, dan ditempatkan bulan sebagai cahaya di dalamnya dan membuat
matahari pelita (yang cemerlang)” (Q.S
Nuh 71:15-16)
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S Yunus 10:5)
Dari ayat-ayat di atas, ketika membicarakan matahari, Al-Qur’an
selalu menyebutnya dengan sebutan as-siraj (pijar). As-siraj
(pijar) dan al-inarah (penerangan) adalah dua sifat yang melekat pada
matahari.
Jika merujuk kepada bahasa Arab
untuk mengetahui makna dasar kata as-siraj, kita akan menemukan bahwa
sesuatu tidak dapat dikatakan sebagai as-siraj kecuali jika ia
memancarkan sinar/cahaya yang panas, jika cahaya yang dipancarkan memang
keluara dari dalam sesuatu tersebut. Berdasarkan penjelasan dari sisi bahasa
ini, ayat Al-Qur’an yang selalu menyifati matahari dengan kata as-siraj berarti
menjelaskan bahwa matahari adalah benda yang menyala dan berpijar yang memang
mengeluarkan cahaya dari dalam dirinya sendiri.
Sekarang kita tahu
bahwa Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri tetapi memantulkan sinar
dari matahari sedangkan matahari dan bintang-bintang memancarkan cahaya mereka
sendiri. Fakta ini terungkap dalam Al Qur'an di zaman ketika manusia tidak
memiliki sarana untuk membuat penemuan ilmiah atas kemauan sendiri. Dan
pengetahuan manusia tentang benda langit masih terbatas. Hal ini semakin
menekankan kemu’jizatan dari Al Qur’an.
3.
Matahari Dan Batas Waktu Shalat
Di dalam Al-Quran sesungguhnya sudah ada sekilas tentang penjelasan
waktu-waktu shalat fardhu, meski tidak terlalu jelas diskripsinya. Al-Qur’an
mengambil matahari sebagai pedoman untuk menentukan awal waktu shalat. Paling
tidak ada tiga ayat di dalam Al-Quran yang membicarakan waktu-waktu shalat
secara global.
A.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Batas Waktu Shalat
"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian
permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat" (QS. Huud 11:
114)
Menurut para mufassriin, di ayat ini disebutkan waktu shalat,
yaitu kedua tepi siang, yaitu shalat shubuh dan ashar. Dan pada bahagian
permulaan malam, yaitu Maghirb dan Isya`.
1)
Sebab turun ayat
Al-bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibnu Mas’ud bahwa seoran
laki-laki terlanjur mencium seorang wanita, lalu ia mendatangi Nabi SAW. dan
memberi tau beliau. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan laksanakanlah
shalat pada keuda ujung siang ( pagi dan petang ) dan pada bagian permulaan
malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang selalu “mengingat (Allah).” Laki-laki
itupun berkata, “ Apakah ayat ini untukku?” beliau menjawab, “Untuk semua
ummatku.”
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan Qur`anal fajri. Sesungguhnya Qur`anal fajri itu disaksikan” (QS. Al-Isra`: 78)
Menurut para mufassrin, di dalam
ayat ini disebutkan waktu shalat yaitu sesudah matahari tergelincir, yaitu
shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan gelap malam adalah shalat Maghirb dan Isya`
dan Qur`anal fajri yaitu shalat shubuh.
4.
Bulan
Para ilmuwan
menemukan bahwa bulan berjalan dengan kecepatan 18 km per detik, bumi 15 km per
detik, dan matahari 12 km per detik. Jadi, bulan, bumi dan matahari, semuanya
berjalan..
A.
Ayat Al-Qur’an Tentang Bulan
“Dan telah kami tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah sehingga (setelah dia sampai
ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua.” (QS. Yasin
(36): 39-40)
Di sini Allah
berfirman, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…” kemudian
berfirman, “…Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan…” Jadi, bulan
berada sebelum matahari, matahari berjalan dan tidak bisa mendapatkan bulan,
karena kecepatan bulan lebih besar dibandingkan kecepatan matahari. Jadi, walau
bagaimanapun, matahari tidak akan bisa mendapatkan bulan.
Para ilmuwan menemukan
fakta bahwa bulan tidak berjalan di dalam garis lurus, tetapi berjalan zig-zag
hingga bisa tetap berada di manzilah-manzilahnya. Dengan kata lain, bulan
memiliki lintasan-lintasan yang berkelok.
Ketika membicarakan tentang bulan, Al-Qur’an selalu menyifatinya
dengan sifat munir (benda yang bercahaya/memantulkan cahaya). Jadi, al-inarah
(pencahayaan) memang sudah menjadi sifat yang melekat pada bulan.
Jika merujuk kepada bahasa Arab, dikatakan sebagai al-munir
(yang bercahaya) jika ada cahaya yang dipancarkan kepadanya yang berasal dari
benda lain lalu cahaya tersebut ia pantulkan. Berdasarkan penjelasan dari sisi
bahasa ini, bulan adalah benda dingin dan mati, tidak mengeluarkan cahaya,
sedangkan cahaya yang di pantulkannya adalah cahaya yang berasal dari benda
angkasa lainnya, yaitu matahari.
5.
Bintang (Komet)
Bintang adalah pelita-pelita yang menghiasi langit dekat,
merupakan bola besar yang panas, terang, pijaran gas yang mengeluarkan cahaya.
Bintang kelihatan kecil karena sangat jauh dari bumi. Bintang yang terdekat
dengan tata surya kita adalah Proxima Centauri, yang berjarak lebih dari 4000
juta juta km, atau sekitar 4 tahun cahaya.
Al Qur’an telah menjelaskan kegunaan manfaat bintang-bintang sebagai: Tanda
untuk penunjuk jalan, hiasan langit dunia, peluru-peluru untuk melempar syaitan
dan sebagai salah satu sumber rejeki.
A.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Bintang
1)
Surah
At-Takwir
“Aku bersumpah demi bintang-bintang (al-khunnas), yang beredar dan
terbenam (al-jawar al-kunnas)”. (QS.
At-Takwir 81:15-16)
Kata al-khunnas pada ayat ini berasal dari kata khanasa yang
menurut bahasa berarti bersembunyi. Kata al-khunnas adalah bentuk mubalagah
(bermakna sangat) yang berarti benda-benda yang sangat tersembunyi. Adapun
ayat yang kedua, al-jawar al-kunnas, para ahli bahasa mengatakan bahwa
arti kata al-kunnas sama dengan kata khanasa (bersembunyi).
Karena pengulangan di sini bukanlah untuk fungsi menguatkan, disimpulkan bahwa
kata al-kunnas berasal dari kata al-kansu yang berarti menghapus
atau menyapu lembaran langit, bukan bersembunyi.
Di dalam ayat ini Allah bersumpah
dengan sebuah fakta yang baru diketahui oleh para ilmuwan pada bebrapa decade
terakhir. Fakta tersebut adalah lubang hitam atau black holes yang
merupakan salah satu bentuk bintang raksasa (supermassive) yang biasanya
berpusat di inti-inti galaksi. Lubang ini juga merupakan materi yang
berkerapatan tinggi yang tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia. Materi yang
ada dalam lubang hitam terus bertumpuk hingga jarak pemisah antara unsur-unsur
atom pun sirna karena kebanyakan atom kosongdan ukuran materi di dalammya
sangat kecil, sehingga jika jarak diantara materi-materi dasar atom semakin
menyempit dan akhirnya sirna, ukurannya pun semakin sangat kecil hingga tidak
dapat di tangkap. Dengan menyatu, memampat, dan menumpuknya materi di dalam black
hole, ia akan memiliki gaya gravitasi yang sangat besar sehingga cahaya pun
tidak dapat lolos dari gaya tersebut. Karena itu, black holes dan pusat
gaya gravitasi galaksi bersembunyi (menghilang) karena seluruh benda yang ada
di dalam suatu galaksi saling terikat denggan adanya gaya gravitasi black
holes sebagai pusat gravitasi galaksi.
Untuk membentuk lubang-lubang hitam,
massa bintang harus di tekan hingga menyamai kecepatan cahaya. Sebagai gambaran,
sebuah bintang yang berukuran seperti matahari yang berdiamter 1.392.000 km
harus dipampatkan hingga berdiamter 3 km saja
2)
Surah An-najm
“Demi Bintang Ketika terbenam.” (QS. An-Najm 53:1)
Menurut kamus bahasa arab Al
Muhith, kalimat “hawa”, pada ayat ke-1 surah An Najm ini artinya
“jatuh”, yang kalau dirujuk pada kirab-kitab tafsir semuanya berkisah tentang
bintang yang jatuh. Allah SWT tidak menjelaskan nama bintang yang jatuh pada
ayat ini, ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengidentifikasikan nama bintang
tersebut. Yang dapat mencerahkan kita adanya ayat ke-49 surah yang sama
menyebutkan bintang "Syi'raa" (Sirius).
“dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki)
bintang syi'ra,”(QS. An-Najm 53:49)
Bintang Sirius adalah
bintang paling terang di langit malam. Bintang ini terletak di Rasi Canis Major
dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama
kelas A dan komponen sekunder kelas katai putih.
Bintang sirius juga bintang yang nyaris dijadikan
Tuhan oleh nabi Ibrahim kalau-lah tidak meperoleh hidayah dari Allah SWT.
Syi’raa salah satu sembahan bangsa arab jaman jahiliyah, yaitu kasus yang
dicela dan diberantas oleh surah An Najm ini. Maka indikasi yang paling dekat
dimaksud pada awal ayat An Najm “Demi bintang ketika jatuh”, adalah
bintang “Sirius”.
3) Surah Al-Waqi’ah
“Maka
Aku bersumpah demi rotasi bintang-bintang.” (QS.
Al-Waqi’ah 56:75)
Ilmu
pengetahuan telah membuktikan bahwa manusia sama sekali tidak dapat melihat
bintang-bintang, sungguh ini merupakan hal yang luar biasa, yaitu hakikatnya
adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Apa yang kita saksikan di atas langit sana
hanyalah rotasi bintang-bintang saja, yang sebelumnya di tempati bintang-bintang
kemudian berpindah keposisi yang lain pada peredarannya.
Jagad raya yang sedemikian luas, dan bintang-bintang yang jauhnya tak
terkirakan dari kita penghuni bumi, membuat sinarnya tidak akan sampai ke kita
kecuali setelah tenggang waktu yang sangat lama, dimana bintang-bintang
tersebut sudah tidak diposisi kita lihat, dia sudah bergeser jauh meneruskan
peredarannya dalam galaksi. Atau mungkin saja sudah jatuh menjadi lubang hitam
karena kehabisan energi, tetapi sinarnya masih menyala-nyala di kegelapan malam
dan sampai ke kita.
4)
Meteor
Meteor adalah sebuah titik lonjong yang berpijar dan tampak di
langit yang meluncur cepat meninggalkan ekor yang bercahaya lalu berangsur
redup dan hilang.
a.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Meteor
Di dalam kamus Lisan al-“Arab disebutkan bahwa kata asy-syuhub
adalah bentuk jamak dari kata asy-syihab yang berarti sesuatu yang
menukik pada malam hari. Arti dasar kata asy-syihab adalah nyala api.
Al-Qur’an memberikan isyarat yang jelas tentang asy-syuhub ini dengan
menggunakan penyebutan yang sama yang digunakan di dalam ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Aku telah menghias langit yang terdekat dengan
hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari
setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan syaitan itu tidak
dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan
mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi
mereka siksaan yang kekal, Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka)
yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang
terang.”(QS.
As-Shaffat: 6 – 10)
Peluncuran asy-syuhub seperti yang ditetapkan oleh Al-Qur’an
ditujukan kepada setan-setan untuk mengusir mereka agar tidak bias mencuri
pembimcaraan dan menghalang-halangi mereka dari memasuki kawasan-kawasan
tertentu di langit. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan
Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta:
Kharisma Ilmu, 2008), hlm 15.).
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka
kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api,
dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu
untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa
yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api
yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin: 8 – 9)
5)
Pemuaian Alam Semesta
a.
Ayat Al-Qur’an Tentang Pemuaian alam semesta
“Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan kami
benar-benar meluaskannya”. (QS. Az-zariyat [51]: 47)
Di dalam mentafsirkan diksi wa
inna lamusi’un, Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya kami (Allah SWT) meluaskan
penjuru-penjuru langit lalu meninggikannya tanpa tiang hingga akhirnya tegak
seperti sekarang.”
Al-Ghazali
melontarkan sebuah pertanyaan, “Apakah Allah SWT mampu menciptakan alam semesta
lebih besar daripada ukuran yang sekarang?, jika dijawab tidak, ini berarti
melemahkan Allah; jika di jawab ya, ini berarti pengakuan akan adanya ruang
kosong di luar alam semesta yang memungkinkan terjadinya pembesaran ukuran
dunia melebihi ukurannya yang sekarang ini jika memang Allah menghendakinya.”
(dalam Tahafut al-Falasifah) Adapun Ibnu Rusyd yang tetap memegang
sikap para filsuf yunani, melihat bahwa bertambah atau berkurangnya ukuran alam
semesta dari ukurannya yang sekarang adalah mustahil. Sebab jika posibilitas
(pembolehan) ini terjadi, tidak ada alasan untuk menghentikannya pada suatu
batas tertentu dan ini berkonsekuensi pada pembolehan akan adanya
pertambahan-pertambahan hingga tanpa batas.
Di dalam polemik
tersebut tampak jelas bahwa meskipun tidak tersedia informasi detail tentang
kosmologi dan daya/kekuatan yang aktif di dalammya, ketika para teolog
bersandar pada prinsip-prinsip dasar akidah islam yang diambil dari Al-Qur’an
secara benar, mereka mampu memahami berbagai permasalah rumit, di antaranya
mengenai pemuaian alam semesta yang merupakan permasalahan kontemporer abad
ke-20, sedangkan polemik ini terjadi pada abad ke-6. (Yusuf al-Hajj Ahmad,
Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi
Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 122.).
Kesepakatan para astronom pada paruh
kedua abad ke-20 atas realitas mengembangnya alam semesta telah meruntuhkan
teori kekekalan alam semesta. Fakta ilmiah membuktikan bahwa alam semesta
memiliki awal dan akhir(Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan
Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta:
Kharisma Ilmu, 2008), hlm 124.). Maha suci Allah yang memenuhi janji-Nya
saat berfirman,
“kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran)
kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.” (QS. Fussilat [41]: 53).
Sisi kemukjizatan
ilmiah pada ayat tersebut terletak pada dalalah kata musi’un (meluaskannya)
yang lintas waktu dari masa lalu (past), masa sekarang (present),
hingga masa yang akan dating (future). Kata musi’un menunjukkan
bahwa alam semesta terus-menerus mengalami proses mengembang. Inilah yang
diungkapkan oleh pengamatan dengan menggunakan teleskop yang dilakun oleh
Hubble pada tahun 1929. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan
Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta:
Kharisma Ilmu, 2008), hlm 124.).
b.
Fakta-Fakta Ilmiah
Pada tahun
1929, astronom Amerika, Edwin Hubble, berhasil melihat dengan teleskop bahwa
galaksi – galaksi terus saling berjauh satu sama lain dengan kecepatan tinggi.
Gerakan saling
menjauh antargalaksi ini diakibatkan oleh terus meluas dan mengembangnya alam
semesta.
6)
Langit
Langit di dalam Al-Qur’an berarti segala yang ada di atas kita,
yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan,
debu, dan gas yang bertebaran. Di langit terdapat banyak benda yang beredar. ( http://media.isnet.org/isnet/Djamal/langitdl.html) Mereka beredar bukan berarti ada alat canggih buatan manusia yang
menjalankan mereka. Tetapi diatur langsung oleh Allah swt. Sehingga mereka
tidak saling bertabrakan. Dalam Al-Quran kata langit terdapat sekitar 304 kata.
(Software
Al-Quran Hadi dengan kata kunci langit).
a.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Langit
1)
Surah Al-Baqarah
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah 2:29) (terjemahan Depag)
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan
Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu di dunia,
tetapi juga juga menyiapkan sarana kehidupan didunia. Dia-lah Allah swt yang
telah menciptakan untuk kamu apa yang ada dibumi semua sehingga semua yang kamu
butuhkan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah
bukti kemahakuasaan-Nya. Yang kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk
menghidupkan yang mati. (Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002). Hlm. 138)
Firman-Nya: “Dia-lah (Allah),
yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu…” dipahami oleh banyak
ulama sebagai menunjukan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang dibumi
ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali kalau ada dalil lain yang
melarangnya. Sebagian kecil ulama tidak memahaminya demikian, mereka
mengharuskan adanya dalil yang jelas untuk memahami boleh atau tidaknya segala
sesuatu. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatu
itu terlarang kecuali kalau ada dalil yang menunjukan ijin menggunakannya.
Kata istawa
pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami
secara majazi dalam arti menuju kesuatu dengan cepat dan penuh tekad, bagaikan
yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan kekanan. Makna Allah menuju
Ke langit adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak
tersebut serupa dengan seseorang yan menuju ke sesuatu untuk mewujudkannya
dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin. Karena itu pula lanjutan ayat yang
menyatakan lalu dijadikan-Nya yakni bahwa langit itu dijadikan-Nya dalam bentuk
sebaik mungkin, tanpa sedikit aib atau kekuranganpun. (Quraish Shihab,
Tafsir Al-Misbah vol 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm 138).
2)
Surah Al-Anbiya
“Dan kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang
mereka berpaling dari segala tanda-tanda yang terdapat padanya.” (QS. Al-Anbiya 21:32)
Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan وَجَعَلْنَا ٱلسَّمَآءَ سَقْفًا مَّحْفُوظًا Allah swt telah mengatur langit dan menjadikannya seperti atap
yang terpelihara dari rusak dan kehilangan keteraturan. Ia memelihara matahari
dan bintang-bintang di peredarannya sehingga sebagiannya tidak bercampur dengan
sebagian yang lain, dan sebagiannya tidak jatuh kepada sebagian yang lain. (Ahmad
Musthafa Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maragi vol 17, terj. Hery Noer Aly,
dkk. (Semarang: Toha Putra)Hlm. 43)
وَهُمْ عَنْ ءَايَٰتِهَا مُعْرِضُونَ Orang-orang musyrik itu berpaling dari berfikir tentang tanda-tanda
yang menunjukan kepada keesaan, keagungan kekuasaan dan luasnya ilmu Kami. (Ahmad
Musthafa Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maragi vol 17, terj. Hery Noer Aly, dkk
.(Semarang: Toha Putra). Hlm. 44)
7)
Tekanan Udara
A.
Ayat Al-Qur’an Tentang Tekanan Udara
“Barang siapa dikehendaki Allah akan
mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima)
islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya
sempit dan sesak (haraj),
seakan-akan dia (sedang) mendaki kelangit. Demikianlah Allah menimpakn siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-an’am [6]: 125).
Ini merupakan
ayat muhkamah yang mengisyaratkan secara jelas dua fakta yang baru
terungkap oleh ilmu pengetahuan.
Pertama,
perubahan yang mencolok pada tekanan udara yang terjadi akibat dari kenaikan
yang cepat kelangit menyebabkan sesak dan sempit nya dada seseorang. (Yusuf
al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, Terj.
Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), hlm 84.)
Kedua, semakin
naik kelangit, tekanan udara semakin menurun dan selanjutnya volume oksigen
semakin berkurang. Ini menyebabkan dada seseorang sesak/sempit dan sulit
bernapas. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam
Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma
Ilmu, 2008), hlm 85.)
Pada tahun
1648, ilmuwan terkenal Blaise Pascal (1623-1662) membuktikan bahwa semakin jauh
(tinggi) jarak kita dari permukaan laut; tekanan udara semakin
berkurang/sedikit.
Didalam
ensiklopedia dunia (Encarta) terdapat keterangan bahwa massa besar udara tidak
terdistribusi secara merata secara vertical karena 50% massa ini berkumpul di
Antara permukaan bumi sampai ketinggian 20.000 kaki di atas permukaan laut ,
sedangkan 90% berkumpul di atas permukaan bumi sampai ketinggian 50.000 kaki
diatas permukaan bumi. Dengan demikian, kepadatan udara berkurang dengan sangat
cepat setiap lkali kita naik dengan arah vertical hingga kita sampai pada
ketinggian yang sangat tinggi, kepadatan udara akan mencapai titik yang sangat
rendah. (Yusuf al-Hajj Ahmad, Ensiklopedi kemukjizatan Ilmiah dalam
Al-Qur’an dan Sunah, Terj. Masturi Irham, dkk, (Jakarta: Kharisma
Ilmu, 2008), hlm 85.)
B.
Fakta-fakta ilmiah
Semakin tinggi orang naik kelangit, semakin rendah tekanan udara
yang ada dan jumlah oksigen semakin berkurang sehingga menyebabkan terjadinya
sesak didalam dada dan sulit untuk bernapas.
8)
Teori Relativitas
Tahun 1915, Einstein mengajukan
teori bahwa waktu adalah sesuatu yang relatif, bahwa besaran waktu berubah-ubah
menurut ruang, kecepatan orang bepergian, dan gaya gravitasi pada saat itu.
Mengingat perbedaan besaran waktu, periode penciptaan alam semesta yang
dinyatakan dalam tujuh ayat Al-Qur’an sangat cocok dengan perkiraan ilmuwan. Periode
enam hari menurut Al-Qur’an dapat dianggap sebagai enam periode. Karena,
mengingat relativitas waktu, satu “hari” mengacu hanya pada periode 24 jam yang
dialami di Bumi di bawah kondisi yang berlaku setempat. Namun, di tempat lain
di alam semesta, pada waktu yang lain dan pada kondisi yang lain, satu “hari”
bisa mengacu pada periode waktu yang jauh lebih panjang. (https://buktiilmiahalquran.blogspot.com/2016/10/teori-relativitas-waktu-dalam-al-quran.html)
a.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Relativitas
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern membawa
kita pada kesimpulan bahwa waktu tidak bersifat absolut seperti anggapan
materialis, tetapi merupakan persepsi relatif. Sangat menarik bahwa fakta yang
baru terungkap oleh ilmu pengetahuan pada abad ke-20 ini, telah disampaikan
dalam Al Quran kepada manusia 14 abad yang lalu.
Waktu
adalah persepsi psikologis yang dipengaruhi oleh peristiwa, tempat dan kondisi.
Fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah ini dapat kita temukan pada banyak
ayat Al Quran. Allah berfirman dalam surat al-Hajj,
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan,
padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi
Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”( Terj al-Qur’an, 22:47.)
Apa yang digambarkan Allah dalam
ayat di atas tidaklah berarti bahwa Allah berada dalam ruang-waktu itu. Ayat di
atas menggambarkan betapa Maha kuasanya Allah, Ia bisa membuat lengkungan
ruang-waktu sesuai dengan kehendak-Nya. Adapun angka seribu tahun yang dimaksud
adalah sebagai contoh, bukankah bagi Allah tidak ada masa lalu dan masa depan
sebagaimana Ia telah menceritakan keadaan masa lalu dan masa ketika manusia di
surga atau di neraka kelak.
Relativitas juga dialami oleh para malaikat Allah. Dalam ayat ini
disebutkan bahwa masa yang ditempuh oleh para malaikat tertentu untuk naik ke
sisi-Nya adalah seribu tahun menurut perhitungan manusia (Ibid., 726.).
Allah berfirman dalam surat as-sajdah,
“Dia Mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)
itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu. ( Terj al-Qur’an, 32:5. )
Perbedaan sistem gerak yang
dilakukan oleh satu pelaku mengakibatkan perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai sasaran. Batu, suara dan cahaya masing-masing membutuhkan waktu yang
berbeda untuk mencapai sasaran yang sama. Kenyataan ini pada akhirnya
mengantarkan kepada keyakinan bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu
demi mencapai hal yang dikehendakinya, sesuatu itu adalah Allah.( M. Quraish
Shihab, Wawasan al-Qur’an,,,.726-727
DAFTAR PUSTAKA
·
Al-Qur’an Al karim
·
Ahmad, yusuf al-Hajj. 2008. Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah
dalam Al-Qur'an dan Sunah. Jakarta: Kharisma Ilmu.
·
Ahmad Dr. Arifuddin, M. Ag, Paradigma Baru Memahami Hadits
Nabi Refleksi Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi
Ismail, Renaisan, Jakarta; 2005
·
Djamaludin Dr. Thomas, Menggagas Fiqih Astronomi, Kaki
Langit, Bandung : 2005,
·
Ibrahim KH Salamun, Ilmu Falak, Pustaka Progresif,
Bandung : 1995
·
Setyanto Hendro, Membaca Langit, Al-Ghuraba, Jakarta:
2008
·
Soebahar Prof. Dr. H.M Erfan, M.A, Aktualisasi Hadits Nabi
di Era Teknologi Informasi, RaSAIL Media Group, Semarang;
2010
·
Muhiddin khazin. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek.Yogyakarta.Buana
Pustaka.2004